Wednesday, February 3, 2010

Didekap Dua Polwan

Rendy dan aku baru saja memasuki pelataran parkir stadion sepak bola di Kotaku, Medan dengan mengendarai sepeda motor Kawasaki Ninjanya. Kami ke situ mau melihat konsernya Ari Lasso dan Dewa, maklum aku ngefans benar dengan kedua ikon musik Indonesia tersebut.

Selanjutnya, kami berdua sudah berada diantara kerumunan orang-orang di sekitar rumput hijau di Stadion yang menjadi kebanggan kota Medan ini.
Padat, sesak dan sumpek sekali, saling berdesakan dan ini memang sudah ciri kalau menonton koser grup atau penyanyi paling top. Pada saat itu desakan semakin menjadi-jadi hingga aku terpisah dengan Rendy, untuk mencarinya sangat sulit sekali diantara hiruk pikuk orang-orang yang sudah setengah histeris, apalagi hanya aku yang membawa ponsel saat itu.

Ah... Lupakan Rendy dulu. Aku mulai merangsek ketengah lapangan diantara bludak penonton untuk mencapai bibir panggung, susah payah aku menerobos namun tak juga berhasil hingga aku urungkan niatku tersebut. Kebetulan aku lagi sesak pipis. Aku merayap kearah pintu masuk demi mendapatkan toilet yang merupakan bagian dari bangunan stadion tersebut. Akhirnya aku sampai ketujuanku, rasa sesak tak tertahan lagi, untung saja pengguna toilet tersebut tidak ada. Ahhhhh...... akhirnya keluar juga hasrat ku tersebut.

"Jangan bergerak..." Aku terkejut, tiba-tiba ada suara wanita membentak di dalam ruangan 4 x 3 meter itu dibarengi dengan bantingan pintu.
Oh... ternyata dua orang Polisi Wanita berwajah manis nan penuh wibawa berwatak garang, satu menodongkan pistolnya kearahku dan polwan satu lagi menutup pintu dan menyiapkan sebuah borgol. Karuan saja aku bergetar ketakutan dan tak kusangka celana yang kupakai belum sempat terkancing sudah melorot kebawah lututku.

Apa salahku, pikirku dalam hati... Tapi anehnya, wajah garang kedua Polwan tersebut berubah menjadi senyuman. Pistol kembali disarungkan ketempatnya dan polisi satu lagi memborgol kedua tanganku dan mengikatkannya pada batang pipa diatas kepalaku. Akupun bertambah heran, apa maksud mereka memperlakukan aku seperti ini. Mereka mulai melucuti baju dan celanaku hingga cd kupun ikut menjadi keberingasan ke dua aparat tadi.
Ohhh.. ternyata aku tahu sekarang, mereka menginginkan aku untuk melampiaskan nafsu setan mereka. Aku terdiam dan mulai menikmati permainan kedua wanita berseragam ini.

Ahhhh.... polisi yang bernama Lina kulihat dari seragamnya (maaf aku tidak menyebutkan pangkat kedua Polwan tersebut) mulai menggeranyangi dadaku dengan ciuman-ciuman mautnya dan Ulfa Polwan satu lagi, sibuk meremasi pantat dan punggungku hingga aku menjerit tertahan. Aku terangsang dengan permainan gila mereka. "Ouuhhhhh....", Lina rupanya sudah melancarkan serangannya disekitar selangkanganku, menjilati daerah sensitifku, dan.... "akhhhh....ouffffhhhhh...." kontolku dihisap bak seekor anjing yang baru menemukan tulang diantara sampah...begitu ganasnya polisi satu ini.

Ulfa mulai membuka satu persatu seragam yang dipakainya hingga nampakklah tubuh seksi dan padat berisi membalut tulangnya. Polisi satu ini tidak seganas Lina dalam permainannya. Ia mengambil kunci borgol dan membuka kembali ikatan yang terasa amat menyakitkan itu. Setelah Ulfa membuka borgol tersebut dia menyeret tubuhku kebibir bak mandi, sambil duduk dipinggir bak ia menarik rambutku dengan perlahan kearah "goa" nikmatnya.
"Hmmm...harum juga nih memek polwan" gumamku.
Tidak hanya itu, bulu tertata indah dan tipis membuat gairahku semakin menjadi. Kurejamkan lidahku keliang vagina Ulfa, mengkuasnya, menjilatinya, mengisapi cairan-cairan yang mulai menumpah membasahi vaginanya. Selain itu Lina kembali melancarkan serangannya kearah bagian belakangku sembari mengocok kokontolku dan menjilati duburku. Bisa juga si Lina ini membuatku semakin merasa nikmat.

"Ahhhffff...ouhhh..." desah si Ulfa, kemudian kembali ia menarik tubuhku kearah tubuhnya serta mengarahkan kontolku ke "gawang" kenikmatannya.
"Blessshhhh...." kontolku sudah berada di vagina Ulfa, Ulfa pun meremas pinggangku dan menggonyangkannya. Akupun turut membantu gerakan maju mundur.
Lumayan juga nih enaknya memek polwan.
"Sleeppsss...slupppss...ahhhhh". Ulfa menginstruksikan padaku untuk mempercepat gerakan.

"Ohhhh... ahhhh..yaaa" desahnya.
"Ayo dong dipercepat lagi gerakannya...ohhh... dah mau keluar nih" pintanya.
Erangannya mulai sedikit mereda, mungkin ia sudah mencapai puncak. Tapi aku tidak peduli, aku terus menggedor dinding kemaluan Ulfa yang terasa sudah mulai melicin.

Lina tak mau kalah, setelah menjilati buritku ia bergerak kesamping kanan di bawah pantatku. Ia mulai menjilati kembali, batang kemaluanku.
"Ehmmm...ohhh". Namun itu tak berlangsung lama, dia mulai memanjati tubuhku dan melingkarkan kedua kakinya yang jenjang itu dipinggangku dan menurunkan sedikit tubuhnya untuk menepatkan memeknya dan kontolku. Agak sakit memang, tapi... ouhgg nikmat juga. Lina yang terbawa nafsunya, terus mengenjotkan tubuhnya yang kupegang erat.

"Ahhkk...ahhkkk...ouhhh.." Erangnya sambil melumat bibirku secara ganas.
Goyangan demi goyangan membuatku semakin tidak tertahankan untuk mengeluarkan larva hangatku.

"Akkkkhhhhh.....ougghhhhh..." desah panjangku mulai keluar, seketika itu juga lina turun dari gendonganku dan mengkocok kontolku. Rupanya Lina sudah mengalami ejakulasi duluan dari aku. Kocokan dan hisapan bertubi-tubi tidak bisa membuatku bertahan lagi.

"Eehmmm....ahhhhh..ouuu" Nikmat tiada tara kurasakan.
"Ssst...ahhhhhhhhh" erangan panjang dibarengi keluarnya sperma yang memuncrat dikedua wajah Polisi Wanita ini.
Lina dan Ulfa melahap secara ludes spermaku hingga satupun tidak ada yang berceceran di lantai toilet. Ah...nikmatnya.

Setelah bersih-bersih dan berpakaian rapi kembali mereka meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Permainan itu berlangsung 20 menit lamanya.
Setelah mereka keluar akupun menyegerakan diri cabutu dari situ.

Hingga konser ini berakhir aku tidak berhasil menemukan temanku Rendy.
Akhirnya aku pulang dengan mengendarai Taxi.

2 comments:

KOmmand yu...!!!