Wednesday, February 3, 2010

Bercumbu di lokomotif

Bercumbu di lokomotif
Nama saya Adul Roman, kerja di Perusahaan Umum Kereta Api sebagai Pembantu masinis (Stoker). Kerjaku ringan hanya membantu masinis melihat dan mengawasi sinyal selama kereta dalam perjalanan. Awal kisah saya dan teman saya Yanto (masinis) membawa kereta api Argo Bromo dengan nomer chasis Locomotif CC 20322. Lokomotif Dari Stasiun Jatinegara menuju stasiun Manggarai karena gerbongnya ada di manggarai. Setelah di gandeng di Manggarai kereta berjalan menuju stasiun Gambir untuk melayani penumpang di Gambir.

Didekap Dua Polwan

Rendy dan aku baru saja memasuki pelataran parkir stadion sepak bola di Kotaku, Medan dengan mengendarai sepeda motor Kawasaki Ninjanya. Kami ke situ mau melihat konsernya Ari Lasso dan Dewa, maklum aku ngefans benar dengan kedua ikon musik Indonesia tersebut.

Selanjutnya, kami berdua sudah berada diantara kerumunan orang-orang di sekitar rumput hijau di Stadion yang menjadi kebanggan kota Medan ini.
Padat, sesak dan sumpek sekali, saling berdesakan dan ini memang sudah ciri kalau menonton koser grup atau penyanyi paling top. Pada saat itu desakan semakin menjadi-jadi hingga aku terpisah dengan Rendy, untuk mencarinya sangat sulit sekali diantara hiruk pikuk orang-orang yang sudah setengah histeris, apalagi hanya aku yang membawa ponsel saat itu.

Janin tak berayah

Aku dibilang anak dari keluarga broken home sepertinya tidak bisa, walaupun ayah dan ibuku bercerai saat aku baru saja diterima di perguruan tinggi. Adanya ketidakcocokan serta pertengkaran-pertengkaran yang sering kali terjadi terpaksa meluluh-lantakkan pernikahan mereka yang saat itu telah berusia 18 tahun dengan aku sebagai putri tunggal mereka.

Keluargaku saat itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya.

SEMUA INGIN MEMPERKOSAKU

Kalau ada orang yang benci pada dirinya sendiri, barangkali aku adalah orangnya. Aku sungguh benci pada tubuhku, wajahku, rambutku dan semuanya. Ya..., perasaan itu semua timbul karena segala kelebihan yang kumiliki justru mengancam diriku sendiri. Berkali-kali jiwaku terancam karena mereka ingin memperkosaku.

Yang Jebih mengherankan adalah mereka bukanlah orang lain, melainkan orang-orang yang aku kenal. Orang yang sangat dekat dengan diriku. Sungguh memalukan.

Mertuaku Kekasihku

Perkenalkan dulu namaku Tomy. Sudah satu minggu ini akau berada di rumah
sendirian. Istriku, Riris, sedang ditugaskan dari kantor tempatnya bekerja
untuk mengikuti suatu pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua
minggu. Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur
rasanya kok aneh juga, kok sendirian dan sepi, padahal biasanya ada istri di
sisiku. Memang perkawinan kami belum dikaruniai anak. Maklum baru 1 tahun
berjalan. Karena sendirian itu, dan maklum karena otak laki-laki, pikirannya
jadi kemana-mana.

Bibiku Korbanku

Bibiku Korbanku
Saat itu aku baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Bandung. Di sana aku tinggal di rumah pamanku. Paman dan bibi dengan senang hati menerimaku tinggal di rumah mereka, karena paman dan bibiku yang sudah 4 tahun menikah belum juga punya anak sampai saat itu, jadi kata mereka biar suasana rumahnya tambah ramai dengan kehadiranku.

Room Service

Room Service
Gue yakin semua pasti pernah denger nama Room Service. Nah, gue punya
cerita asyik tentang "room service" yang laen daripada yang laen!

Ceritanya gini nih.
Suatu hari gue sama temen gue terpaksa nginep di suatu hotel yang ada di
bilangan Jakarta Pusat. Hotel itu nggak bagus-bagus amat sih. Yach ...
namanya juga hotel murah-meriah. Nah, pas asyik- asyiknya gue ama temen
gue lagi nonton Dunia Dalam Berita, tiba-tiba pintu kamar ada yang ngetok.
"Gile bener ... siapa sih yang iseng malem-malem gini keluyuran ke kamar
gue?" umpat gue di dalem hati.